BAB I
PENDAHULUAN
Lembaga pendidikan
pada umukmnya merupakan tumpuan para orang tua, siswa dan warga masayarakat
guna memperoleh pengetahuan, keterampilan, sikap dan sifat – sifat kepribadian utama, sebagai sarana pengembangan karier, peningkatan
status sosial dan bekal hidup lainnya di dunia kini dan di akhirat nanti.
Oleh karena itu
lembaga pemdidikan mencoba mengkombinasikan aspirasi dan pandangan – pandangan
masyarakat tersebut ke dalam tujuan –
tujuan kurikuler dan instistusional, yang pada akhirnya semua aspirasi itu
terletak pada guru, karena merekalah yang diberi tugas, wewenang dan tanggung
jawab pelaksanaan operasional pendidikan
dan pengajara tersebut.
Meskipun para guru
telah berusaha mengoptimalkan segala kompetensinya, namun tatkala melaksanakan
evaluasi ternyata siswa yamendefinisikan layanan bimbingan ng mengulang atau
putus sekolah ternyata masih cukup tinggi, sehingga banyak membawa konsekwensi
psikologis. Sudah barang trentu hasil seperti itu tidak diharapkan terjadi dan
dapat mengecewakan berbagai pihak.
Sekolah sdebagai
lembaga pendidikan formal ternyata diminta melakukan kegiatan lain yaitu
layanan bimbingan ( guidance services ).
BAB II
PRINSIP DASAR BIMBINGAN BELAJAR
1.
Pengertian Bimbingan Belajar
Menurut A J Jones, bimbingan belajar merupakan suatu
proses pemberian bantuan seseorang pada orang lain dalam menentukan pilihan dan
pemecahan masalah dalam kehidupannya.
Menurut L D Crow dan A Crow, bimbingan belajar
merupakan suatu bantuan yang dapat diberikan oleh seseorang yang telah terdidik
pada orang lain yang mana usianya tidak ditentukan untuk dapat menjalani
kegiatan dalam hidupnya.
Jadi, bimbingan belajar adalah suatu bentuk kegiatan
dalam proses belajar yang dilakukan oleh seseorang yang telah memiliki
kemampuan lebih dalam banyak hal untuk diberikan kepada orang lain yang mana
bertujuan agar orang lain dapat menemukan pengetahuan baru yang belum
dimilikinya serta dapat diterapkan dalam kehidupannya.
2. Latar Belakang Bimbingan Belajar
Suatu kegiatan yang dilaksanakan sudah pasti memiliki
latar belakang. Demikian pula halnya dengan layanan bimbingan belajar. Kegiatan
bimbingan belajar dilaksanakan karena dilatar belakangi oleh beberapa hal,
sebagai berikut:
1) Adanya criterion
referenced evaluation (CRE) yang mana mengklasifikasikan siswa berdasarkan
keberhasilan mereka dalam menguasai pelajaran. Kualifikasi itu, antara lain :
Ø
Siswa yang benar-benar dapat meguasai
pelajaran, ditunjukkan nilai prestasi tinggi, (qualified students).
Ø
Siswa yang cukup menguasai pelajaran
ditunjukkan oleh angka prestasi yang sedang atau sekedar batas lulus (relatively
qualified studets)
Ø
Siswa yang belum dapat menguasai pelajaran,
ditunjukkan oleh nilai prestasinya berada dibawah ukuran batas lulus (unqualified
students).
2) Adanya kapasitas
(kemampuan/tingkat kecerdasan dan bakat) yang dimiliki oleh tiap siswa yang
berbeda dengan siswa yang lainnya. Terdapat klasifikasi siswa berdasarkan kapasitas tersebut
antara lain :
Ø
Siswa yang prestasinya lebih tinggi dari
apa yang diperkirakan berdasarkan hasil tes kemampuan belajarnya. (siawa
sukses).
Ø
Siswa yang prestasiya memang sesuai dengan
apa yang diperkirakan berdasarkan tes kemampuan belajarnya. (siswa wajar ).
Ø
Siswa yang prestasinya ternyata lebih
rendah dari apa yang diperkirakan berdasarkan hasil tes kemampuan belajarnya.
(siswa gagal).
3) Adanya
penerapan waktu untuk menyelesaikan suatu program belajar. Dan klasifikasi
siswa dalam hal ini antara lain :
Ø
Siswa yang ternyata dapat menyelesaikan
pelajaran lebih cepat dari waktu yang disesuaikan. (siswa cepat )
Ø
Siswa yang dapat menyelesaikan pelajaran
sesuai waktu yang telah disesuaikan. (siswa normal )
Ø
Siswa yang ternyata tidak dapat
menyelesaikan pelajaran sesuai dengan waktu yang telah ditentukan. (siswa
lambat ).
4) Adanya
penggunaan norm referenced (PAN) yang mana membandingkan prestasi siswa yang
satu dengan yang lainnya. Dan klasifikasi siswa berdasarkan perstasinya itu
antara lain :
Ø
Siswa yang prestasi belajarnya selalu
berada di atas nilai rata-rata prestasi kelompoknya. (higher group)
Ø
Siswa yang prestasi belajarnya selalu
berada di sekitar nilai rata-rata dari kelompoknya. (average group)
Ø
Siswa yang prestasinya selalu berada di
bawah nilai rata-rata prestasi kelompoknya. (lower group).
Setelah mengetahui begitu banyak permasalahan yang dihadapi oleh setiap
siswa dalam kegiatan belajarnya, maka diperlukanlah suatu bentuk layanan
bimbingan belajar. Hal ini dimaksudkan agar para siswa yang memiliki
permasalahan dalam belajarnya dapat segera memperoleh bantuan atau bimbingan
dalam kegiatan belajar yang diperlukannya. Jadi, layanan bimbingan belajar
sangat diperlukan oleh semua orang yang sedang melakukan proses atau kegiatan
belajar.
3. Jenis Layanan Bimbingan Belajar dalam
Kaitannya dengan PBM
Seorang guru dalam memberikan layanan bimbingan belajar harus tetap
berporos pada terselenggaranya Proses Belajar Mengajar. Oleh karena itu,
diperlukanlah suatu jenis layanan bimbingan belajar yang berkaitan dengan
Proses Belajar Mengajar. Maka jenis layanan bimbingan belajar dalam konteks
Proses Belajar Mengajar yang dapat dan seyogyanya dijalankan oleh para guru, antara lain :
a)
Mengumpulkan informasi mengenai diri siswa,
inventory services.
b) Memberikan
informasi mengenai berbagai kemungkinan jenis program dan kegiatan yang sesuai
dengan karakteristik siswa, information services.
c)
Menempatkan siswa dengan kelompok belajar
atau memberikan program belajar yang sesuai , placement services.
d) Mengidentifikasi
siswa yang diduga mengalami kesulitan belajar, counseling services.
e)
Membuat rekomendasi tentang kemungkinan
usaha selanjutnya, refferal.
f)
Melakukan remedial teaching.
4. Prosedur dan Strategi Layanan Bimbingan
Belajar
a. Prosedur Umum Layanan Bimbingan Belajar
Suatu
layanan bimbingan belajar, pada umumnya memiliki beberapa tahap dalam
kegiatannya, antara lain :
1) Identifikasi Kasus
Langkah
ini dilakukan dengan mengidentifikasi siswa yang memerlukan bimbingan. Ada
kalanya siswa datang langsung pada guru pembimbing untuk diberi bimbingan
mengenai suatu permasalahan dalam belajar yang sedang dihadapinya. Namun, ada
kalanya pula, siswa enggan untuk mendatangi guru pembimbingnya dikarenakan
beberapa alasan. Maka, diperlukan suatu upaya lebih dari guru pembimbing untuk
dapat memberikan bimbingan pada siswa yang benar-benar membutuhkan bimbingan,
namun enggan untuk meminta bimbingan. Dan cara yang dapat dilakukan oleh guru
pembimbing dalam memberikan bimbingan motivasi kepada siswa tersebut, antara
lain :
(a) Call them approach
Langkah untuk memanggil setiap siswa yang
ada dan melakukan wawancara face to face, maka akan diperoleh siswa yang perlu
dibimbing.
(b) Maintan good relations
Langkah ini dikenal juga sebagai open door
policy, yang mana diciptakan berbagai cara tidak langsung untuk memperkenalkan
berbagai jenis layanan yang akan diberikan guru pembimbing untuk membantu
siswanya yang tidak hanya terbatas pada hubungan belajar-mengajar di kelas
saja.
(c) Developing a desire for conseling
Langkah ini dilakukan jika siswa tidak
menyadari akan masalah belajar yang dialaminya, maka dilakukanlah cara:
(1) mengadiministrasikan tes inteligensi, bakat,
minat, pretest atau post test dan sebagainya.
(2) mengadakan orientasi studi yang membicarakan
dan memperkenalkan karakteristik perbedaan individual serta implikasinya bagi
cara belajar-mengajar.
(3) mengadakan diskusi tentang suatu masalah
tentang kesulitan belajar.
(d) Lakukan analisis terhadap prestasi
belajar siswa mengenai beberapa siswa yang menunjukkan kelainan-kelainan
tertentu.
(e) Lakukan analisis sosiometris dengan
memilih teman terdekat di antara sesama siswa.
2) Identifikasi Masalah
Langkah
ini dilakukan untuk mengidentifikasi permasahan yang dihadapi oleh setiap
siswa. Dalam konteks PBM, permasalahannya dapat dialokalisasi dan dibatasi
dengan ditinjau dari tujuan proses belajar-mengajar:
(a) Secara substansial-material, hendaknya
dialokalisasi pada jenis bidang studi
mana saja.
(b)
Secara struktural-fungsional, permasalahan itu mungkin dapat
dialokasikan pada salah satu jenis dan tingkat kategori belajar .
(c) Secara
behavioral, permasalahan mungkin terletak pada salah satu jenis dan tingkat
perilaku kognitif, afektif, dan psikomotor.
(d) Mungkin terletak pada salah satu atau
beberapa aspek kepribadian siswa.
3) Diagnosis
Dalam
konteks PBM, kemungkinan faktor penyebab permasalahan yaitu terletak pada :
(a) raw
input
(b)
instrumental input
(c)
enviromental input
(d)
tujuan pendidikan
Cara
yang dapat dilakukan untuk memperoleh informasi yang relevan dengan kemungkinan
faktor penyebab permasalahan di atas, antara lain:
(a)
Untuk mendeteksi raw input, perlu diadakan tes psikologi, skala penilaian
sikap, wawancara bimbingan dengan yang bersangkutan, inventory, dan sebagainya.
(b)
Untuk mendeteksi instrumental input, perlu dilakukan review terhadap
komponen-komponen sistem instruksional yang bersangkutan dengan diadakan
wawancara dan studi dokumeneter.
(c)
Untuk mendeteksi enviromental input, perlu dilakukan observasi dengan analisis
anecdotal records, kunjungan rumah, wawancara dengan yang bersangkutan.
(d)
Untuk mendeteksi tujuan-tujuan pendidikan, perlu dilakukan analisis rasional,
wawancara, dan studi dokumenter.
4) Mengadakan Prognosis
Langkah ini dilakukan setelah beberapa
langkah sebelumnya telah dilakukan, dan memberikan hasil. Selanjutnya, dapat
diperkirakan tentang cara mana yang mungkin dilakukan. Proses pengambilan
keputusan pada tahap ini seyogianya tidak dilakukan secara tergesa-gesa, dan
sebaiknya melalui serangkaian konferensi kasus.
5) Melakukan Tindakan Remedial atau
Membuat Referral (Rujukan)
Jika jenis permasalahan yang dihadapi
berhubungan dengan lingkungan belajar-mengajar dan guru masih sanggup
mengatasi, maka perlu dilakukan tindakan remedial. Namun, jika permasalahannya
sudah menyangkut aspek lain yang lebih luas lagi, maka seorang guru perlu
segera melakukan referral pada ahli yang kompeten di bidangnya.
6) Evaluasi dan Follow Up
Langkah
apapun yang telah ditempuh oleh seorang guru, langkah evaluasi atas usaha
pemecahan masalah tersebut seyogianya dilakukan.
b. Strategi Layanan Bimbingan Belajar
Ada dua cara pendekatan dalam menggariskan strategi
layanan bimbingan, yaitu
1. Berdasarkan
jenis dan sifat kasus yang dihadapinya
Sesuai dengan sifat permasalahannya,
layanan bimbingan dapat diberikan kepada siswa sebagai individual dan dapat
pula diberikan kepada individu dalam kelompok.
a). Layanan bimbingan kelompok,
diselenggarakan bila :
(1)
Terdapat sejumlah individu yang mempunyai permasalahan yang sama.
(2)
Terdapat masalah yang dialami oleh individu, namun perlu adanya hubungan dengan
orang lain.
Layanan
bimbingan ini dapat dilakukan dengan cara:
(1) Formal, seperti : diskusi, ceramah, remedial
teaching, sosiodrama, dan sebagainya.
(2) Informal, seperti : rekreasi, karyawisata,
student self government, pesta olah raga, pentas seni, dan sebagainya.
b). Layanan bimbingan individual
Layanan
ini dapat digunakan jika permasalahan yang dihadapi individu itu lebih bersifat
pribadi dan memerlukan beberapa proses yang mana dapat dilakukan oleh guru atau
ahli psikolog. Mungkin juga orangtua yang bersangkutan yang akan melakukannya.
2. Berdasarkan
Ruang Lingkup Permasalahan dan Pengorganisasiannya
Mathewson mengidentifikasi tiga strategi
umum penyelenggaraan layanan bimbingan, sebagai berikut :
a) The
strategy guidence thoughout the classroom
Dalam strategi bimbingan melalui kelas
ini, ada slogan yang berbunyi “Every teacher is a guidance worker”, yang
artinya bahwa setiap guru adalah petugas bimbingan. Slogan ini menjiwai seluruh
pemikiran dan praktik layanan sehingga bimbingan dapat selalu terlaksana.
b) The
strategy of guidance throughout supplementary services
Dalam strategi bimbingan melalui layanan
khusus yang bersifat suplementer ini dapat dilakukan oleh petugas khusus yang
ditujukan guna mengatasi masalah pokok secara terpilih. Strategi ini merupakan
pola layanan bimbingan pendidikan dan vokasional.
c) The
strategy of guidance as a comprehensive process trhoughtout the whole curriculum and community
Dalam strategi bimbingan sebagai suatu
proses yang komprehensif melalui kegiatan keseluruhan kurikulum dan masyarakat
inimelibatkan semua komponen personalia sekolah, siswa, orangtua, dan
wakil-wakil masyarakat. Strategi ini memerlukan fasilitas yang lebih lengkap
dan menuntut terciptanya suatu kerja sama yang harmonis di antara semua
komponen yang terlibat.
5. Sistem dan Teknik Layanan Bimbingan
a.
Beberapa Sistem Pendekatan Layanan Bimbingan
Dalam
buku berjudul Counseling and Psychotherapy, Rogers mengemukakan dua
pendekatan layanan bimbingan, yaitu:
1)
Pendekatan Direktif
adalah suatu proses pendekatan yang mana
yang menjadi pusatnya yaitu konselor, bukan klien.
Dalam pendekatan ini, Wiliamson
mengemukakan beberapa alasan dilakukannya pendekatan ini, antara lain:
Ø
Anak yang belum matang mendiagnosis
sendiri, sukar memecahkan masalah yang dihadapinya tanpa bantuan pihak lain.
Ø
Anak yang berkesulitan, walaupun telah
diberi arahan untuk melakukan sesuatu agar dapat mengatasi masalahnya, tetap
saja tidak berani melakukannya.
Ø
Mungkin ada masalah yang berat untuk
dipecahkan oleh anak tanpa bantuan orang lain.
2) Pendekatan Non-Direktif
adalah suatu proses pendekatan yang mana
yang menjadi pusatnya yaitu klien, bukan konselor.
Dalam pendekatan ini, Cart Rogers
mengemukakan beberapa alasan dilakukannya pendekatan ini, antara lain:
Ø
Tiap individu mempunyai kemampuan yang
besar untuk menyesuaikan diri serta mempunyai dorongan yang kuat untuk berdiri
sendiri.
Ø
Pembimbing hanya sebagai pengantar dan
membantu klien dalam menciptakan suasana damai.
3) Pendekatan Eclective
Dalam pendekatan ini, FP Robinson
mengemukakan beberapa alasan dilakukannya pendekatan ini, antara lain:
Ø
Masalah dan situasi penyuluh selalu
berbeda yang tak terbatas pada satu bidang kehiudpan.
Ø
Langkah-langkah pembimbing harus selalu
disesuaikan dengan keperluan yang dituntut oleh situasi bimbingan.
b.
Teknik Layanan Bimbingan Belajar
Ada beberapa teknik layanan bimbingan yang
dapat dilakukan oleh seorang guru pembimbing, yaitu antara lain:
1) Menghimpun data dan informasi mengenai
individu yang bersangkutan.
2) Menciptakan
hubungan yang baik dengan klien serta memberikan
informasi yang meyakinkan dan memberikan
pilihan rencana yang dapat dilakukan untuk mengatasi masalahnya.
BAB III
PENUTUP
A.
Kesimpulan
1.
Bimbingan belajar adalah suatu bentuk kegiatan dalam proses belajar yang
dilakukan oleh seseorang yang telah memiliki kemampuan lebih dalam banyak hal
untuk diberikan kepada orang lain yang mana bertujuan agar orang lain dapat
menemukan pengetahuan baru yang belum dimilikinya serta dapat diterapkan dalam
kehidupannya.
2. Prosedur layanan bimbingan belajar dapat melalui tahapan :
• Identifikasi
kasus
• Identifikasi
masalah
• Diagnosis
• Mengadakan
prognosis
• Melakukan
tindakan remedial atau membuat referral (rujukan)
• Evaluasi dan
follow up
3. Sistem Pendekatan Layanan Bimbingan dapat dilakukan dengan
a) Pendekatan Direktif, suatu proses pendekatan yang menjadi pusatnya
adalah konselor, bukan klien.
b) Pendekatan Non-Direktif, suatu proses pendekatan yang menjadi
pusatnya adalah klien, bukan konselor.
c) Pendekatan Eclective
4. Teknik Layanan Bimbingan
Belajar dapat dilakukan oleh seorang guru pembimbing, dengan:
o Menghimpun data dan informasi mengenai individu yang
bersangkutan.
o Menciptakan hubungan yang baik dengan klien serta
memberikan informasi yang meyakinkan dan memberikan pilihan rencana yang dapat
dilakukan untuk mengatasi masalahnya.
B.
Saran
Bimbingan belajar seharusnya di lakukan secara kontinu, berkelanjutan
dan bertahap sesuai dengan kondisi klien.
0 komentar:
Posting Komentar