Disusun Oleh :
1.
Zuniyah F.K. : 113511115
2.
Heri Sucipto :
113511120
PENDIDIKAN MATEMATIKA -
FAKULTAS TARBIYAH
INSTITUT AGAMA ISLAM
NEGERI (IAIN) WALISONGO SEMARANG
2013
BAB I
PENDAHULUAN
A.
Latar Belakang
Seperti yang kita
ketahui, sejarah Islam telah melalui tiga periode yaitu periode klasik
(650-1250), periode pertengahan (1250-1800 M), dan periode modern
(1800-sekarang). Pada periode klasik, Islam mengalami kemajuan dan masa
keemasan. Hal ini ditandai dengan sangat luasnya wilayah kekuasaan Islam,
adanya integrasi antar wilayah Islam, serta adanya
kemajuan di bidang sains.
Pada abad pertengahan,
Islam mengalami kemunduran yang ditandai dengan terpecahnya kerajaan Islam
menjadi beberapa kerajaan antara lain:
a.
Kerajaan Usmani di Turki,
b.
Kerajaan Safawi di Persia, dan
Kemunculan tiga
kerajaan Islam ini banyak memberikan kontribusi bagi perkembangan peradaban
Islam. Kerajaan Usmani meraih puncak kejayaannya dibawah kepemimpinan Sultan
Sulaiman Al-Qanuni (1520-1566 M). Kerajaan Safawi, Syah Abbas I membawa
kerajaan tersebut meraih kemajuan dalam 40 tahun periode kepemerintahannya
(1588-1628 M). Dan Kerajaan Mughal meraih masa keemasan di bawah Sultan Akbar
(1542-1605 M). Seperti takdir yang telah Allah tentukan disetiap kejayaan tentu
akan berganti dengan kemunduran bahkan sebuah kehancuran. Demikian pula yang
terjadi pada ketiga kerajaan tersebut. Bagaimanakah ketiga kerajaan tersebut bisa mengalami
kemunduran? Dan faktor-faktor apa sajakah yang menjadi penyebab kemunduran tiga
kerajaan besar Islam tersebut? Oleh sebab itu dalam makalah ini penulis berusaha
mengupas tentang faktor-faktor kemunduran tiga kerajaan Besar Islam.
B.
Rumusan Masalah
1.
Faktor-faktor kemunduran kerajaan Usmani di Turki,
2.
Faktor-faktor kemunduran kerajaan Safawi di Persia,
3.
Faktor-faktor kemunduran kerajaan Mughal di India.
BAB II
PEMBAHASAN
A.
Sejarah Singkat Kerajaan
1. Kerajaan Usmani
Nama kerajaan Turki Usmani
diambil dan dibangsakan kepada nenek moyang mereka yang pertama, Sultan Usmani
Ibnu Sauji Ibnu Ertoghrul Ibnu Sulaiman Syah Ibnu Kia Alp, kepala kabilah Kab
di Asia tengah[1]. Setelah
Ertoghrol meninggal dunia tahun 1289 M, kepemimpinan dilanjutkan oleh putranya,
Usman. Putra Ertoghrul inilah yang dianggap sebagai pendiri kerajaan Usmani. Turki Usmani
berkuasa pada abad ke-13 sampai abad ke-20.[2]
Di bawah pimpinan
Erthogrul, mereka mengabdikan diri ke Sultan Alaudin II, Sultan Saljuk yang
kebetulan sedang berperang melawan Bizantium. Berkat bantuan mereka, Sultan
Alaudin mendapat kemenangan. Berkat jasa baik itu, Alauddin menghadiahkan
sebidang tanah di Asia kecil yang berbatasan dengan Bizantium. Sejak itu mereka
terus membina wilayah barunya dengan memilih kota Syukud sebagai ibu kota.
Ertoghrul meninggal
dunia tahun 1289 M. Kepemimpinan dilanjutkan oleh putranya, Usman. Putra
Ertoghrul inilah yang dianggap pendiri Kerajaan Usmani. Usman memerintah antara
tahun 1290 M dan 1326 M. Sebagaimana ayahnya ia banyak berjasa kepada Sultan Alauddin
II dengan keberhasilannya ia menduduki benteng-benteng Bizantium yang
berdekatan dengan kota Broessa. Pada tahun 1300 M, bangsa Mongol menyerang
Kerajaan Saljuk dan sultan Alauddin terbunuh. Kerajaan Saljuk ini kemudian
terpecah-pecah dalam beberapa Kerajaan kecil. Usman pun menyatakan
kemerdekaannya dan berkuasa penuh atas daerah yang didudukinya. Sejak itulah,
kerajaan Usmani dinyatakan berdiri. Penguasa pertamanya adalah Usman yang
sering disebut juga Usman I.
Setelah Usman I
mengumumkan dirinya sebagai Padisyah Al-Usman (raja besar keluarga Usman) tahun
699 H (1300 M), setapak demi setapak wilayah kerajaan dapat di perluasnya. Ia
menyerang daerah perbatasan Bizantium dan menaklukan kota Broessa tahun 1317 M,
kemudian, pada tahun 1326 M dijadikan sebagai ibu kota Kerajaan. Pada masa
pemerintahan Orkhan (726 H / 1326 M - 761 H / 1359 M) Kerajaan Turki Usmani ini
dapat menaklukkan Azmir (Smirna) tahun 1327 M, Thawasyanli (1330M), Uskandar
(1338 M), Ankara (1354 M), dan Gallipoli (1356 M) daerah ini adalah bagian
benua Eropa yang pertama kali di duduki Kerajaan Usmani.
2. Kerajaan Safawi di
Persia
Kerajaan safawi berasal
dari sebuah gerakan tarekat di Ardabil, sebuah kota di Azerbaijan. Tarekat ini
diberi nama tarekat Safawiyah, di dirikan pada waktu yang
hampir bersamaan dengan berdirinya kerajaan usmani[3].
Nama Safawiyah diambil dari nama pendirinya, Safi Al-Din (1252-1334 M) dan nama
safawi itu terus dipertahankan sampai tarekat ini menjadi gerakan
politik. Bahkan, nama itu dilestarikan setelah gerakan ini mendirikan kerajaan.
Safi Al-Din berasal
dari keturunan orang yang berbeda dan memilih sufi sebagai jalan hidupnya. Ia keturunan dari iman syi’ah yang ke enam.
Musa Al-Kazim. Gurunya bernama syaikh Taj Al-Din Ibrahim Zahidi (1216-1301 M)
yang dikenal dengan julukan Zahid Al-Din diambil menantu oleh gurunya tersebut.
Safi Al-Din mendirikan tarekat Safawiyah setelah ia menggantikan guru dan
sekaligus mertuanya yang wafat tahun 1301 M. Pengikut tarekat ini sangat teguh memegang ajaran agama. Pada mulanya
gerakan tassawuf Safawiyah bertujuan memerangi orang-orang ingkar.
3. Kerajaan Mughal di
India
Kerajaan mughal berdiri
seperempat abad sesudah berdirinya kerajaan Safawi. Jadi, di antara tiga
kerajaan besar Islam tersebut, kerajaan inilah yang termuda. Kerajaan mughal
bukanlah kerajaan Islam pertama anak benua India. Awal kekuasaan islam di
wilayah india terjadi pada masa kalifah Al-Walid, dari Dinasti Bani Umayah,
penaklukan wilayah ini dilakukan oleh tentara Bani Umayah di bawah pimpinan
Muhammad Ibn Qasim.
Kerajaan Mughal atau
Mogul di India diasaskan oleh Babur pada tahun 1526, apabila dia mengalahkan
Ibrahim Lodi, sultan terakhir dalam kesultanan Delhi dalam pertempuran pertama
Panipat. Kebanyakannya telah ditawan oleh Sher Shah semasa pemerintahan
Humayun, tetapi di bawah Akbar, ia berkembang dengan lebih luas, dan terus
berkembang hingga akhir pemerintahan Aurangzeb.
B. KEMUNDURAN TIGA KERAJAAN BESAR (1700-1800 M)
1. Faktor-faktor Kemunduran Kerajaan Usmani
Setelah Sultan Sulaiman
Al-Qanuni wafat (1566 M) kerajaan Turki Usmani mulai mengalami fase
kemundurannya. Akan tetapi, sebagai sebuah kerajaan yang sangat besar dan kuat,
kemunduran itu tidak langsung terlihat. Sultan Sulaiman Al-Qanuni diganti oleh
Salim II (1566-1573 M). Di masa
pemerintahannya terjadi pertempuran antara armada laut kerajaan usmani dengan
armada laut Bundukia, angkatan sri paus, dan sebagian kapal para pendeta Malta
yang dipimpin Don Juan dari Spanyol. Pada pertempuran
ini, Turki usmani mengalami kekalahan yang mengakibatkan Tunisia dapat direbut
oleh musuh. Baru pada masa sultan berikutnya, Sultan Murad III pada tahun 1575
M Tunisia dapat direbut kembali.
Banyak faktor yang
menyebabkan Kerajaan Usmani itu mengalami kemundruan, diantaranya adalah :
a.
Wilayah kekuasaan yang sangat luas.
Administrasi
pemerintahan yang sangat luas wilayahnya sangat rumit dan kompleks, sementara
administrasi kerajaan Usmani tidak beres.
b.
Heterogenitas penduduk.
Dengan
luasnya wilayah secara otomatis terdapat perbedaan bangsa dan agama dari
berbagai wilayah. Oleh karena itu, perbedaan bangsa dan agama sering kali
melatarbelakangi terjadinya pemberontakan dan peperangan.
c.
Kelemahan para penguasa.
Sepeninggal
Sulaiman al-Qanuni, Kerajaan Usmani dipimpin oleh sultan-sultan yang lemah,
baik dalam kepribadian maupun kepemimpinannya, akibatnya pemerintah menjadi
kacau dan tidak kondusif.
d.
Budaya pungli atau kalau penulis boleh katakan dengan istilah
“korupsi sudah membudaya”.
Setiap
jabatan yang hendak diraih seseorang, maka harus “dibayar” dengan sogokan
kepada orang yang berhak memberikan jabatan tersebut.
e.
Pemberontakan tentara Jenissari.
Jernissari
adalah tentara kerajaan Usmani yang bertugas dalam ekspansi militer dalam
memperluas wilayahnya. Akan tetapi, tentara Jenissari sendiri melakukan
pemberontakan. Bahkan pemberontakan dilakukan sebanyak empat kali, yaitu pada
tahun 1525 M, 1632 M, 1727 M dan 1826 M.
f.
Merosotnya ekonomi.
Hal
ini dikarenakan perang yang tak pernah berhenti, sehingga anggaran digunakan
untuk kepentingan perang, sedangkan pendapatan berkurang dan belanja negara
banyak.
g.
Terjadinya stagnasi dalam lapangan ilmu dan teknologi.
Hal
ini dikarenakan kerajaan Usmani kurang berhasil dalam pengembangan ilmu dan
teknologi, dan hanya mementingkan pengembangan kekuatan militer.
Demikian beberapa
faktor kemunduran atau kehancuran kerajaan Usmani, yang pada waktu bersamaan
pula, menjadi awal dari kekuatan-kekuatan Eropa untuk menduduki wilayah-wilayah
yang pernah diduduki oleh kerajaan Usmani.
2. Faktor-faktor Kemunduran Kerajaan Safawi
Sepeninggal Abbas I
Kerajaan Safawi berturut-turut diperintah oleh enam raja, yaitu Safi Mirza
(1628-1642 M), Abas II (1642-1667 M), Sulaiman (1667-1694 M), Husain (1694-1722
M), Tahmasp II (1722-1732 M), dan abas III (1733-1736) pada masa raja-raja
tersebut kerajaan safawi tidak menunjukan grafik naik dan berkembang, tetapi
justru memperlihatkan kemunduran yang akhirnya membawa kepada kehancuran.
Sebab-sebab kemunduran
Kerajaan Safawi, antara lain:
a.
Para Pemimpin yang lemah.
Safi Mirza, cucu Abbas I,
adalah seorang pemimpin yang lemah. Kota Qondahar (sekarang termasuk wilayah
afganistan) lepas dari kekuasaan kerajaan safawi, diduduki oleh kerajaan mughal
yang ketika itu dipimpin oleh Sultan Syah Jehan, sementara baghdad direbut oleh
kerajaan Usmani.
b.
Para Pemimpin suka minum-minuman keras.
Abbas II adalah raja
yang suka minum-minuman keras sehingga ia jatuh sakit dan meninggal. Meskipun
demikian, dengan bantuan wajir-wajirnya, pada masa kota Qandahar dapat direbut
kembali. Sebagaimana Abbas II, Sulaiman juga seorang pemabuk. Ia bertindak
kejam terhadap para pembesar yang dicurigainya. Akibatnya, rakyat bersifat masa
bodoh terhadap pemerintah. Ia diganti oleh Shah Husein yang alim. Pengganti
sulaiman ini memberi kekuasaan yang besar kepada
para ulama Syi’ah yang sering memaksakan pendapatnya terhadap penganut aliran
Sunni. Sikap ini membangkitkan kemarahan golongan Sunni Afhganistan, sehingga
mereka berontak dan berhasil mengakhiri kekuasaan dinasti Safawi.
c.
Adanya dekadensi moral yang melanda sebagian pemimpin. Hal
ini juga turut mempercepat proses kehancuran kerajaan Safawi.
d.
Konflik yang berkepanjangan dengan kerajaan Usmani yang
beraliran Syi’ah. karena pasukan ghulam (pasukan budak) yang dibentuk oleh
Abbas I tidak memiliki semangat perang yang tinggi seperti Qizilbash.
e.
Adanya konflik internal kerajaan, dalam bentuk perebutan
kekuasaan di kalangan keluarga istana.
3. Faktor-faktor Kemunduran Kerajaan Mughal
Setelah satu setengah
abad dinasti mughal berada dipuncak kejayaannya, para pelanjut Aurangzeb tidak
sanggup mempertahankan kebesaran yang telah dibina oleh sultan-sultan
sebelumnya. Pada abad ke 18 M kerajaan ini memasuki masa-masa kemunduran.
Kekuatan politiknya mulai merosot, suksesi kepemimpinan di tingkat pusat
menjadi ajang perebutan, gerakan separatis Hindu semakin lama semakin
mengancam. Sementara itu pedagang Inggris untuk pertama kalinya diizinkan oleh Jehangir menanamkan modal di India,
dengan didukung oleh kekutan bersenjata semakin kuat menguasai wilayah pantai.
Pada masa Aurangzeb,
pemberontakan terhadap pemerintah pusat memang sudah muncul tapi dapat diatasi.
Pemberontakan ini bermula dari tindakan Aurangzeb yang dengan keras menerapkan
pemikiran Puritanisme-nya. Setelah ia wafat, penerusnya rata-rata lemah dan
tidak mampu menghadapi problema yang ditinggalkannya.
Ada beberapa faktor
juga yang menyebabkan kekuasaan dinasti mughal mundur pada satu setengah abad
terakhir dan membawa kepada kehancuran pada tahun 1858 M, yaitu :
a.
Kemerosotan moral dan hidup mewah dikalangan elit politik,
yang mengakibatkan pemborosan dalam penggunaan uang negara.
b.
Pendekatan Aurangzeb yang terlampau ”kasar” dalam
melaksanakan ide-ide puritan sehingga konflik antar agama sangat sukar diatasi
oleh sultan sesudahnya.
c.
Semua pewaris tahta kerajaan pada paruh terakhir adalah
orang-orang lemah dalam bidang kepemimpinan
d.
Terjadi stagnasi dalam pembinaan militer sehingga operasi militer Inggris di wilayah-wilayah pantai tidak dapat segera dipantau oleh kekuatan
maritim Mughal.
BAB III
PENUTUP
A. KESIMPULAN
Dari uraian singkat
tentang kemunduran tiga kerajaan besar islam (Usmani, Mughal dan Syafawi) di
atas, dapat ditarik kesimpulan bahwa, tiga kerajaan tersebut merupakan kerajaan
islam terbesar, karena dalam waktu kurun yang panjang setelah Bani Abbas
mengalami keruntuhan dengan ditandainya jatuhnya kota Baghdad ke tangan bangsa
Nongol pada tahun 1258 M, setelah itu umat islam mengalami kemunduran. Umat
islam bangkit kembali dengan adanya kerajaan Usmani yang mendiami daerah Nongol
dan daerah utara Cina, kemudaian kerajaan Safawi di Persia dan kerajaan Mughal
di India.
Akan tetapi, dalam
perjalanannya ketiga kerajaan tersebut mengalami kemunduran. Hal yang paling
urgen penyebab kemunduran ketiga kerajaan tersebut antara lain adalah :
a.
Adanya dekadensi moral yang melanda para pemimpin
b.
Semua pewaris tahta kerajaan pada paruh terakhir adalah
orang-orang lemah dalam bidang kepemimpinan
c.
Adanya tradisi korupsi
d.
Perebutan kekuasaan
e.
Dan terjadinya stagnasi militer.
B. Kritik dan saran
Demikian makalah ini
kami buat, semoga bermanfaat bagi kita semua. Dan kami sadar makalah ini masih
jauh dari kesempurnaan. Oleh karena itu, kami mengharap saran dan kritik dari
pembaca budiman, demi kesempurnaan makalah ini.
DAFTAR PUSTAKA
Supriyadi, Dedi, Sejarah
Peradaban Islam,
Semarang : Pustaka
Setia, 2008.
Syukur, Fatah, Sejarah Peradaban Islam, Semarang : Pustaka Rizqi Putra, 2009.
Mubarok, Dr. H. Jaih, Sejarah
Peradaban Islam, Bandung : Pustaka Bani Quraisy, 2004.
Yatim, Badri, Sejarah
Peradaban Islam, Jakarta : Rajawali Pers.
Yatim, Badri, Sejarah
Peradaban Islam, Dirasah Islamiyah II, Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada,
1995.
0 komentar:
Posting Komentar