Pages

Selasa, 01 Januari 2013

Agama Fitrah

Agama fitrah
Seorang Muslim adalah khalifah Allah di muka bumi. Keberlangsungan kehidupan di atas bumi adalah kewajibannya. Islam melarang ummatnya menjauh dari pentas kehidupan dunia, seperti kehidupan yang dianggap suci oleh ummat budha dengan bertapa atau mengasingkan diri dari hiruk pikuk kehidupan. Begitupula bagi seorang Hindu bahwa menjauh dari kehidupan dunia berarti seseorang telah masuk dalam kedamaian sejati sehingga seorang hindu sangat bercita-cita untuk menjadi shadu karena itu adalah posisi tertinggi dikalangan mereka. Demikian pula dalam agama Kristen Katolik yang menganggap untuk mencapai kehidupan yang sempurna, seseorang harus bisa membuat jarak yang cukup jauh dengan keduniaan seperti kehidupan membujang (celibate) seperti yang dilakukan oleh Bunda Maria dalam pengertian mereka.
Lain halnya dengan Islam, yang diharuskan bagi ummatnya untuk terlibat dalam proses-proses sosial, dan mereka harus bisa menjadi saksi sejarah bagi kelangsungan hidup makhluk manusia sebagai tanggung jawab selaku khalifah Allah.
Kesucian dalam Islam adalah kemampuan manusia dalam memelihara fitrahnya dari kerusakan sebab sebagai manusia, ia bukanlah malaikat yang memiliki kekuatan spiritual yang sangat tinggi. Manusia memiliki nafsu seperti makan, minum, beristri dan beranak-pinak, sedangkan malaikat tidak demikian. Jadi sangan lumrah sekali jika para malaikat dianggap sebagai salah satu diantara makhluk Allah paling suci karena ketiadaan hawa nafsu.
Manusia sebagai makhluk Allah ditempatkan di muka bumi, dan diberikan nafsu agar dapat menikmati kehidupan dunia dalam batas-batas tertentu yang dihalalkan Allah swt. Sifat naluriah manusia untuk mendapatkan keturunan merupakan proses panjang yang harus dilalui dengan mengikuti tuntunan Allah (swt) agar kesucian dirinya tetap terjaga diantaranya dengan menjaga spiritual dan kesalehannya sebagai seorang makhluk Allah.
Ukuran kesalehan menurut agama Islam bukan dengan memutuskan hawa nafsu tetapi dengan memeliharanya dan mengendalikannya. Islam melarang seorang Muslim mengharamkan diri dari makan dan minum dengan keinginan sendiri. Islam bahkan mengharamkan tindakan berlebihan dalam makan dan minum karena dianggap sebagai perbuatan yang mubazzir. Batasan yang diberikan oleh Islam sudah sangat jelas, yakni berbuat di tengah-tengah : tidak berlebihan dan tidak menjauhi sama sekali.
Islam tidak melarang mereka menikmati keindahan hidup asalakan tidak berlebihan dan sesuai kebutuhan. Islam sangat membenci kemewahan yang melampaui batas kemampuan, sebab hal itu dapat menjatuhkan kesucian dirinya. Untuk itulah Islam mewajibkan seorang hamba untuk mengekang diri pada waktu-waktu tertentu dengan berpuasa agar dirinya terlatih dalam mengikuti arus kehidupan dan tidak terjerumus dalam tipu daya hawa nafsu.
Prinsip kesederhanaan sangat ditekankan dalam Islam, sebagaimana hadits Rasulullah saw menyebutkan : “sebaik-baik perkara adalah pertengahannya”, yang tujuannya agar manusia tidak mengalami gangguan ketenangan hidup dan kebahagiaan hatinya akibat keinginan yang terlalu ditekan atau keinginan yang terlalu diperturutkan.
Dalam menjalankan perintah agama juga demikian. Seperti terlalu berlebihan dalam memahami agama sehingga memandang hina agama lain atau bahkan saudara seagama tapi lain pemahaman dengannya, atau terlalu longgar sehingga tidak memperhatikan sunnah-sunnah dalam ibadah melainkan hanya yang wajib itupun dengan memilah-milah mana yang paling mudah dilakukan dan sesuai dengan selera bukan seperti yang dituntunkan oleh Rasulullah saw.
Inilah asal muasal timbulnya ajaran sesat yang tidak sesuai sebenarnya dengan ajaran Islam, begitupula dengan hati nurani dan fitrah manusia. Maka oleh sebab itu kalau kita ingin bicara tentang fitrah, atau ingin mengetahui ajaran yang sesuai dengan batasan naluri manusia, maka tidak adal jalan lain selain kembali pada ajaran Islam yang murni, sebab agama yang paling baik adalah agama yang tidak terdapat didalamnya suatu ajaran pun yang bertentangan dengan fitrah manusia.

0 komentar:

Posting Komentar